Berkomunitas Sambil Belajar Jadi Product Manager

Photo by Data Science Indonesia

Berkomunitas? Pasti teman-teman sudah tidak asing dengan kata ini. Seperti dilansir dari KBBI online.

Komunitas adalah kelompok organisme (orang dan sebagainya) yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu; masyarakat; paguyuban;

Singat cerita dulu saya bergabung dengan komunitas ini untuk mengembangkan skill saya di bidang Data/ AI, dikarenakan pekerjaan saya tidak jauh dengan hal tersebut. Diawali dengan menjadi pengisi workshop kecil-kecilan sampai saat ini diberi amanat untuk memimpin sebuah divisi untuk mengejar visi/ misi komunitas.

Tetapi semua berubah sekitar 7 bulan lalu, ketika saya ganti haluan pekerjaan dari yang sebelumnya berhubungan dengan Data/ AI ke Product Management. Tentu saja sebagai new comer di bidang ini, saya mencari referensi belajar yang tepat dan bagaimana mengaplikasikan hal yang saya pelajari.

Seorang product manager dituntut untuk membuat solusi berupa fitur/aplikasi dari masalah yang dihadapi pengguna dengan tetap memberikan dampak bisnis terhadap perusahaan. Kemudian saya melihat keterhubungan apa yang saya lakukan di pekerjaan dengan apa yang bisa dilakukan di komunitas DSI ini.

Berikut ini adalah beberapa hal yang saya pelajari dan coba saya terapkan:

Semua Tentang Masalah Pengguna (Anggota)

Photo by Tim Gouw on Unsplash

Sebagai product manager hal wajib untuk mengetahui luar dan dalam tentang pengguna yang akan memakai produk yang telah dibuat. Seperti latar belakang pekerjaan, usia, masalah yang mereka hadapi. Oleh karena itu ada metode seperti user persona untuk mempermudah mengenali pengguna produk.

Begitu juga ketika membuat program di komunitas, kami mempunyai pengguna atau lebih tepat disebut anggota yang mereka memiliki permasalahan tersendiri sehingga bergabung dengan komunitas. Kalo di produk terbiasa membuat fitur maka di komunitas kami membuat sebuah inisiatif program. Program-program ini lah bentuk dari solusi dari masalah yang dialami oleh anggota komunitas.

Seperti contoh terdapat masalah anggota komunitas yaitu sulit untuk mendapatkan asset material dari sebuah event seperti slide/ video rekaman/ source code. Disini kami membuat solusi berupa project LAM (Learning Asset Management) psst! ini akan segera rilis. Jadi kami menyediakan semacam file public spreadsheet yang berisi daftar kegiatan yang telah dilaksanakan beserta asset material yang dapat diakses secara langsung.

Dengan adanya program ini anggota komuntas tidak perlu selalu bertanya ke admin sosmed tentang materi yang telah dibawakan bisa diakses dimana dan mereka hanya perlu mengakses link yang telah disediakan untuk mendapatkannya.

Memiliki Metrics yang Terukur

Photo by M. B. M. on Unsplash

Matriks disini tidak harus menggunakan analytics tools seperti Google Analytics atau Kissmetrics. Dimana terdapat data yang secara terus menerus terupdate tentang penggunaan fitur oleh pengguna. Tetapi harus mempunyai satuan angka yang dapat digunakan untuk melihat data perubahan terhadap solusi yang ditawarkan.

Kesalahan yang sering terjadi untuk ini biasanya lupa untuk menyiapkan matriks dasar ataupun menggunakan matriks yang tidak sesuai dengan masalah yang diselesaikan. Penting juga untuk menentukan target matriks yang ingin dicapai, sehingga scope solusi yang dibuat pun dapat menyesuaikan dengan matriks tersebut.

Seperti di contoh sebelumnya untuk project LAM, dimana matriks yang kami ukur adalah keluhan dari anggota komunitas dalam mencari asset material sebuah event. Misal sebelum kami menggunakan solusi LAM didapat 10 pertanyaan untuk meminta materi dari sebuah event yang telah dilaksanakan. Namun dengan adanya solusi ini jumlah permintaan tersebut menurun menjadi 0 keluhan, karena mereka hanya perlu membuka link yang telah disediakan untuk melihat asset material yang diperlukan.

Iterasi Adalah Kunci

Photo by The Lean Startup Model

Tentu saja setiap solusi yang diberikan untuk permasalahan anggota komunitas tidak selalu berhasil pada percobaan pertama. Disini saya mendapatkan banyak pelajaran dari konsep lean startup dimana ada proses loop atau iterasi untuk membangun sebuah solusi yang lebih efektif.

Terdapat tiga proses utama pada konsep ini, seperti contoh lampiran gambar diatas. Pertama kami membangun sebuah solusi berupa program/ project. Kemudian dirilis untuk digunakan pengguna dan mendapatkan respon mereka. Setelah itu dilakukan proses analisa untuk dipelajari bagaimana solusi yang dibuat apakah sudah sesuai dengan permasalahan yang ada. Kemudian kami sesuaikan kembali solusi tersebut dan proses ini terus berulang sampai mencapai target/ kriteria sukses yang telah ditentukan.

Sebagai contoh untuk pada program LAM, tim kami membuat versi awal hanya dengan spreadsheet dan mencoba melakukan rilis ke tim internal terlebih dahulu untuk mendapatkan masukan. Kolektif dari masukan ini yang akan dianalisa dan pelajari untuk membuat versi terbaru dari LAM yang lebih tepat sasaran terhadap masalah yang ingin dihadapi.

Kesimpulan

Banyak cara untuk bisa menerapkan apa yang telah dipelajari. Salah satunya bagaimana saya mencoba menerapkan apa yang saya pelajari di Product Management pada komunitas yang saya ikuti. Saya yakin masih banyak hal yang bisa dipelajari dan diterapkan di komunitas ini.

Product Management bukanlah hal yang hanya bisa diterapkan pada pengembangan fitur pada produk digital/ fisik saja, tetapi merupakan konsep pemikiran tentang bagaimana kita bisa memberikan solusi yang tepat terhadap permasalah pengguna.